Sabtu, 16 Oktober 2010

senja dan tepi langit..


jumat sore yang nampak biasa-biasa saja..
hari ini pengunjung tidak terlalu ramai. yah..bahkan di akhir pekan sperti ini, apa sih yang dicari dari sebuah toko buku? manusia kini terlena dengan gemerlap dunia elektronik. tak heran jika toko buku tempatku bekerja ini hanya mengharap luapan pengunjung di awal tahun ajaran sekolah saja. meski aku tetap bersyukur karena toko buku ini masih memiliki pelanggan-pelanggan setia sepertinya.
ya, dia..
akhirnya setelah kutandai hari-hariku dengan pulpen merah sisa diskon taun lalu yang merambat memasuki angka ke 95, akhirnya aku bisa melihatnya lagi. menyambut kedatangannya yang selalu di sore hari, seperti kali ini.
dengan senyum yang sengaja kutarik di sepanjang wajah, kusodorkan sebuah kartu kecil kepadanya.. tentu saja aku sudah yakin bahwa dia tak akan melihatku, bahkan dengan lirikan sekalipun. segera setelah ia sodorkan tas dan jaketnya, ia berlalu cepat sambil menggumamkan terima kasih yang di telingaku sudah seperti alunan gending jawa yang memabukkan orang desa, hahaha..lebay mungkin kau pikir. yah, tapi inilah aku... yang selalu berdebar stiap berangkat kerja membayangkan akan kedatangannya.
hahahhaa...tentu saja aku terlalu munafik untuk membayangkan hepi ending dengannya.. oia, aku lupa mengenalkannya denganmu ya...aku menyebutnya Senja..simply karna dia slalu muncul di sore hari,dulu saat ia masih berkuliah di kampus dekat toko buku ini, ia sering datang di siang hari, sekedar untuk membaca-baca dan mencari buku sisa diskon, hahaahaha...tabiat umum para mahasiswa yah.. dan kini setelah ia bekerja (sttt...aku mengidentifikasinya dari gaya berpakaiannya yang makin rapi dan baju-baju batik yang ia kenakan di hari jumat) ia slalu muncul
saat matahari mengubah langit menjadi lembaran jingga yang indah. jadi tak salah kupilihkan nama Senja untuknya, hehhehehe..
saat aku tengah sibuk melamunkan bayangnya, tau-tau dia sudah berdiri di kasir sebelah mejaku. dengan suaranya yang macho itu, Senja menanyakan satu judul novel SGA yang baru. yaaahh..wajah ganteng dan suara machonya itu saja sudah cukup membuatku berdebar, belum lagi mendapatinya menyukai SGA, pengarang yang karya-karyanya juga rapi tersimpan di rak buku kamar kosku, hanya membuatku makin merindui sosok Senja. sayangnya buku yang ia cari sudah habis stoknya di toko kami. memang novel SGA kali ini terbilang cukup nge-pop, jadi tak heran bisa laris dalam hitungan hari. tapi tentu saja slalu ada hikmah dari smuanya ini. kau tau, Senja menerima tawaran Mbak Leta, kasir kami, untuk meninggalkan nomor telepon agar bisa kami hubungi saat stok novel SGA datang lagi. wuaaaaaahh...kau pasti bisa merasakan girangnya hatiku. dengan cermat aku mencuri dengar rangkaian nomor yang ia sebutkan. dan aku berusaha mengingatnya sambil tetap berusaha nampak wajar saat merogoh hape di kantung kerjaku seraya mengetikkan nomornya di phonebook hape.
kau tau, ini bukan yang pertama kalinya. stidaknya ini sudah kali ketiga ia memesan buku di toko kami. namun slalu saja aku tak berhasil menghubunginya karena baru kali ini aku mempunyai hape, barang yang sangat berharga di hidup dengan gaji 450ribu per bulanku ini. sudah..tak usah kau bingung membayangkan hidup dengan uang sesedikit itu. stidaknya aku masi bisa bertahan sampai sekarang kan??
wah kenapa jadi melantur ke mana-mana.. lihat, Senja tiba-tiba sudah berdiri di depanku sambil mengangsurkan sebuah buku. 'Mencari Tepi Langit' karangan Fauzan Mukrim. tentu saja buku itu diberikan kepadaku bukan sebagai hadiah(hahahahaha...ngarep banget yah aku), tp untuk diberi sampul. inilah satu lagi kebaikan toko buku kami, selain memberi diskon setiap hari, kami juga memberikan sampul gratis untuk setiap buku yang dibeli. dengan cekatan kubungkus buku itu dengan sampul plastik. saat-saat seperti ini, aku ingiiiiin skali sekedar menanyakan kabarnya. namun apa daya, seringkali ia mengacuhkanku dengan berbinccang bersama temannya jika ia datang berdua, atau sekedar melihat-lihat alat tulis di pojok sana dan kembali saat buku sudah tersampul rapi. kali ini juga. ia kembali untuk mengambil buku dan tas yang ia titipkan.
setelah itu... aku kembali termangu memandanginya berlalu dengan ucapan terimakasih yang tetap memabukkan itu. aku harap, novel SGA segera datang dan ia segera kemari mengambilnya. yah..aku harap begitu...




4 komentar:

Anonim mengatakan...

hahahaha...blajar bercerita..

ameera mengatakan...

"hahahaaa" disebut beberapa kali...sah ga sih sbenernya buat bikin tulisan cerpen?? gmana kalo diganti "hehehe"... :D

nyonya kenanga mengatakan...

hmmm...ga tw deh sah ato gak..cm seneng aja. apa ada batasan2 bwt nulis?

riverflow mengatakan...

keren...

salam,
tepi_langit :-)